Belajar Cinta Lewat Ilmu Hadits

Agak jenuh saya baca status politik dari beberapa kawan yang saban hari muncul di lini masa baik Twitter, ataupun Facebook, barangkali WordPress aja yang masih agak lumayan sepi dari gonjang ganjing copras capres copras capres ini.

Entah kenapa pula saya ingin nulis ini, apa ada hubungannya dengan umur saya yang menanjak naik ke dua puluhan sekian (rahasia)??. Atau mungkin suasana Jakarta, yang merupakan tempat saya pertama kalinya belajar dan menuturkan kata cinta yang bikin jari ini untuk bergerak dan meluncur tanpa beban??. Halah ngomong apa ini??

Cinta sebagaimana hadits yang bermakna baru. Karna ia adalah syay-un (sesuatu), maka otomatis ia merupakan wujud dari sebuah keterbaharuan. Karna sifat keterdahuluan alias qadim adalah milik Allah. Ia adalah seonggok perasaan yang dimiliki setiap insan yang muttashil (bersambung) tidak hanya sampai zaman Nabi Muhammad Sholallahu Alayh Wasallam bahkan hingga zaman Abul Basyar yakni Nabi Adam Alayh Salam.

Cinta tak ubahnya hadits yang terdiri dari dua unsur yakni qoul (ucapan), serta fi’il (perbuatan). Kedua unsur yang melekat tak bisa dipisah satu sama lainnya sebagaimana Ijab dan Qobul, Yin dan Yang, bunga dan makam, serta Jokowi dan #rapopo-nya.

Hadits yang shohih harus mempunyai beberapa syarat diantaranya adalah perawi yang adil. Pun juga cinta, syarat cinta yang shohih alias benar adalah bahsawannya si pecinta itu harus adil. Dan adil dibuat simpelnya adalah seorang muslim yang berakal serta lurus dalam lingkup agama maupun aktivitas sosialnya. Sedangkan yang dimaksud lurus dalam hal agama adalah mengerjakan yang wajib dan menjauhi yang haram.

Disamping karakteristik ‘adalah (adil) dalam diri perawi, syarat lain yang gak kalah penting yaitu ketinggian integritas sang perawi dalam menjaga hadits yang ia bawa atau istilahnya dhabth. Sama kayak cinta, ia akan menjadi benar dan layak untuk diperjuangkan jika unsur ini terpenuhi. Integritas ini-lah yang sangat menentukan apakah ia akan menjadi hadits hasan (baik) atau bahkan dhaif (lemah).

Begitupun dengan pecinta yang bisa jaga kemurnian cinta yang ia bawa, maka cintanya itu adalah cinta yang shohih. Makin kurang integritasnya maka makin turun pula derajat cintanya. Bisa aja cintanya itu dihukumi lemah atau bahkan palsu lantaran si pecinta yang emang gampang obral cintanya ke khalayak ramai. Atau terbukti bahwa cintanya itu palsu dikarnakan ada unsur kedustaan yang ia bawa. Dan masih banyak hal lainnya.

Yang jelas yang paling paham ilmu rijal dalam hal kayak gini yaa para akhwat sebetulnya. Bahkan beberapa dari mereka membuat kitab para dhuafa (orang-orang lemah) serta matrukin (orang-orang yang ditinggal) dalam hal beginian (baca : daftar hitam ikhwan) yang dikonsumsi oleh kalangan mereka sendiri. Yang ditulis berdasar pengalaman sendiri atau bahkan dari hikayat ataupun riwayat masyayikh (guru atau senior) mereka yang tsiqot alias terpercaya.

Kalo untuk kalangan ikhwan apa sama kayak akhwat, Wa Allahu A’lam saya sendiri belum pernah ada pengalaman. Yang jelas mereka cuman bisa pada ngobrolin aja kebanyakan. Untuk urusan aksinya mah bisa dibilang nol (apa lu liat2??).

Yang jelas cinta itu sifatnya murni dan jernih, jadi yang namanya tadlis alias pengaburan gak ada tempatnya disini. Ia juga sesuatu yang ‘ain alias nampak dan jelas maka dengan begitu jahalah alias ketiadaan maklumat mustahil adanya.

Ahh, saya pikir-pikir ngapain saya mosting ginian. Toh, dalam hal ilmu hadits ataupun percintaan boleh dibilang saya masih pemula #megangjenggot. Tapi gak apalah hanya sekedar mastiin -ga pake good-  ke khalayak ramai bahwa saya masih ngeblog sampe saat ini. WAlaupun mungkin tingkat keabsurdannya di tiap postingan udah masuk level darurat.

Tentang Dinar Zul Akbar

Hanya seorang manusia biasa yang dikelilingi hal-hal luar biasa. Keseharian kuliah, kadang nulis, sering tidur dan suka merenung.
Pos ini dipublikasikan di Nikaah dan tag , . Tandai permalink.

12 Balasan ke Belajar Cinta Lewat Ilmu Hadits

  1. jaraway berkata:

    ahahahaha..
    asli ni kocak postingan.. =))))
    eh, twittermu apa din? yang @dinarzulakbar kayaknya kagak aktif..

  2. jampang berkata:

    bener2 absurd. 😀

    *makin tinggi nih ilmunya*

  3. rivenskyatwinda berkata:

    alhamdulillah hirup keneh geuning kak.. postingannya uhuy banget dah..
    oh iya, itu paragraf kelimanya salah ketik kak, pas kata bahwasanya.. buru-buru yak nulisnya..

    • Dinar Zul Akbar berkata:

      Hirup keneh geuning? ?
      Ini teh naon artinyak
      Abi mah ente paham bahasa sunda

      Ini postingan pake tablet jadi ketuker hurupnya

      • rivenskyatwinda berkata:

        hirup = hidup, keneh=masih, geuning=rupanya.. artinyah; masih hidup rupanya.. kan katanya postingannya sekedar memastikan kalau kak Dinar masih ngeblog. halusan abdi kak, sama aja sebenernyah, tapi kalau abi mah yang sok ngucap teh anak sd atawa smp. oh gituh, tapi pake tablet bisa rapih geuning ya.. kan kalau pake hp mah soalnya ga bisa di rata lurus gituh

      • Dinar Zul Akbar berkata:

        Yaaa saya kan masih muda ga tua2 amat, jadi pakenya abi,, haha

Tinggalkan komentar